Namun- Belum Jadi Wali Kota New York, Zohran Mamdani Sudah Terancam Dideportasi Trump, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali membuat kontroversi dengan mengancam akan menangkap dan mendeportasi Zohran Mamdani, calon Wali Kota New York dari Partai Demokrat, jika ia menolak bekerja sama dengan otoritas imigrasi AS (Immigration and Customs Enforcement/ICE). Ancaman ini disampaikan Trump saat kunjungannya ke pusat penahanan migran sementara di Florida, Selasa (1/7/2025).
“Saya dengar dia tidak akan membiarkan ICE melakukan penangkapan di New York. Kalau begitu, kita harus menangkap dia,” ujar Trump, seperti dilaporkan The Washington Post.
Tak hanya itu, Trump juga menuduh Mamdani sebagai “imigran ilegal”—sebuah klaim yang langsung dibantah oleh catatan resmi yang menunjukkan bahwa Mamdani telah menjadi warga negara AS sejak 2018.
Siapa Zohran Mamdani?
Zohran Mamdani adalah anggota Majelis Negara Bagian New York yang baru saja memenangkan pemilihan pendahuluan (primary) Partai Demokrat untuk jabatan Wali Kota New York. Kemenangannya mengejutkan banyak pihak karena ia berhasil mengalahkan nama-nama besar seperti mantan Gubernur New York, Andrew Cuomo.

Baca Juga: Surat Perjanjian Ganti Rugi Penipuan Tanah Kavling di Surabaya: Gagal Bayar, Langsung Proses Hukum
Mamdani, yang berhaluan progresif, mendapat dukungan dari tokoh-tokoh berpengaruh seperti Senator Bernie Sanders dan anggota DPR Alexandria Ocasio-Cortez (AOC). Kampanyenya berfokus pada isu-isu seperti:
-
Transportasi umum gratis
-
Pembekuan kenaikan harga sewa
-
Pendirian toko grosir milik kota
-
Reformasi sistem kepolisian
Namun, kebijakan-kebijakan progresifnya inilah yang memicu reaksi keras dari Trump dan pendukungnya.
Trump vs. Mamdani Pertarungan Politik dan Isu Imigrasi
Trump telah lama dikenal dengan retorika anti-imigrannya. Sebelumnya, ia pernah menyebarkan teori konspirasi tentang tempat lahir Barack Obama, mempertanyakan kewarganegaraan Kamala Harris, dan menggagas deportasi massal selama masa kepresidenannya.
Kali ini, targetnya adalah Mamdani—seorang politikus muda yang dianggap sebagai ancaman bagi agenda konservatif Trump. Meski Mamdani lahir di Uganda, ia telah tinggal di AS sejak usia 7 tahun dan resmi menjadi warga negara AS. Tuduhan Trump bahwa ia adalah “imigran ilegal” dinilai sebagai upaya untuk mendelegitimasi karier politiknya.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, sempat berusaha meredam kontroversi dengan mengatakan, “Saya belum pernah mendengar beliau mengatakan itu, tapi yang jelas, beliau tidak ingin individu itu terpilih.” Namun, komentar Trump telah memicu gelombang kecaman.
Reaksi Keras dari Pejabat New York
Ancaman Trump langsung menuai kecaman dari para pemimpin New York, termasuk Gubernur Kathy Hochul.
“Saya tidak peduli meski Anda Presiden AS. Jika Anda mengancam salah satu warga kami secara ilegal, maka Anda berurusan dengan 20 juta orang New York—dimulai dari saya,” tulis Hochul di media sosial.
Wali Kota New York saat ini, Eric Adams, juga menyatakan dukungannya untuk Mamdani, menyebut ancaman Trump sebagai “tindakan yang tidak pantas dari seorang pemimpin negara.”
Ancaman Trump terhadap Mamdani dinilai sebagai bagian dari strategi politiknya untuk memobilisasi basis pendukung konservatif menjelang Pemilu 2026. Dengan mengangkat isu imigrasi dan menyerang tokoh progresif, Trump berusaha memperkuat narasi bahwa Partai Demokrat “terlalu liberal” dan “membahayakan keamanan nasional.”
Namun, langkah ini juga berisiko memicu perlawanan dari kelompok progresif dan imigran yang selama ini menjadi bagian penting dari koalisi Demokrat.
Meski mendapat ancaman, Mamdani tetap melanjutkan kampanyenya dengan fokus pada isu keadilan sosial dan reformasi kebijakan. Dalam sebuah pernyataan, ia mengatakan:
“Saya tidak takut dengan ancaman dari Presiden Trump. Rakyat New York memilih saya karena mereka menginginkan perubahan, dan saya akan terus memperjuangkan hak-hak mereka.”