Namun- Kebakaran Hutan dan lahan (karhutla) kembali terjadi di Provinsi Riau, tepatnya di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar. Api yang telah menyala sejak Jumat (27/6/2025) malam hingga hari kedua, Minggu (29/6/2025), masih belum sepenuhnya padam. Meski sempat diguyur hujan dengan intensitas sedang, kebakaran di lahan gambut ini terus membara, menghasilkan asap tebal yang mengancam Kota Pekanbaru.
Api Membara di Dalam Gambut, Asap Semakin Meningkat
Kepala Manggala Agni Daops Sumatera IV/Pekanbaru, Chaerul Ginting, memastikan bahwa upayanya masih berupaya mencapai api di lokasi. “Tim kami pagi ini melanjutkan pemadaman karhutla di Desa Karya Indah. Hujan tadi malam tak begitu berdampak pada lahan gambut yang terbakar,” ujar Chaerul kepada Kompas.com melalui pesan WhatsApp.
Ia menjelaskan bahwa meskipun api tidak terlihat di permukaan, bara api masih aktif di dalam tanah gambut, memicu asap yang semakin pekat. “Hari ini tim fokus memikirkan titik secepatnya,” tambahnya.
Petugas gabungan dari Manggala Agni, Polri, dan TNI telah berjibaku selama dua hari untuk mengendalikan kobaran api. Pada hari kedua, upaya pemadaman dibantu oleh satu helikopter water bombing untuk penyiraman dari udara. “Karena kebakaran dan asap masih besar, jadi dibantu heli water bombing,” kata Chaerul.
Lokasi Kebakaran Dekat dengan Kota Pekanbaru
Berdasarkan pantauan Kompas.com, titik api berada di perbatasan Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru, hanya sekitar 6 kilometer dari pusat ibu kota Provinsi Riau. Jarak yang relatif dekat ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak kabut asap terhadap kesehatan warga dan aktivitas sehari-hari.

Baca Juga: Diskon Tarif Tol Jabotabek,Peluang Hemat bagi Pengendara di Akhir Pekan
Pada Minggu pagi, udara di Pekanbaru sudah terlihat berbicara dengan bau asap yang tercium. Namun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru menyatakan bahwa kabut yang terlihat bukan berasal dari asap karhutla.
Forecaster On Duty BMKG Pekanbaru, Bibin Sulianto, menjelaskan bahwa fenomena tersebut adalah “mist” atau halimun. “Ini merupakan fenomena cuaca berupa kumpulan tetesan udara kecil yang melayang di udara dekat permukaan tanah. Kabut ini sering terlihat seperti kabut tipis yang mengurangi jarak pandang, tetapi tidak setebal kabut (kabut),” kata Bibin.
Ia juga menyebutkan bahwa titik api di Desa Karya Indah belum terdeteksi oleh satelit BMKG karena luasnya belum memenuhi spesifikasi. “Di satelit tidak terdeteksi karena luasan dan suhunya tidak memenuhi spesifikasi satelit. Jadi kami belum bisa memastikan ke mana arah secepatnya,” jelasnya.
Polisi Selidiki Penyebab Kebakaran
Sementara itu, pihak kepolisian dari Polres Kampar telah turun ke lokasi untuk menyelidiki penyebab kebakaran. Petugas sedang meminta keterangan sejumlah saksi sebagai langkah awal penyelidikan. Kebakaran lahan gambut di Riau sering terjadi setiap tahun, yang menyebabkan penyebab utama berupa pembukaan lahan secara ilegal maupun faktor alam seperti cuaca kering.
Jika karhutla semakin meluas, ancaman terhadap kesehatan masyarakat akan meningkat. Kabut asap mengandung partikel berbahaya seperti PM2.5 dan PM10 yang dapat memicu gangguan pernapasan, iritasi mata, serta membantu kondisi penderita asma dan penyakit paru-paru kronis.
Pemerintah setempat perlu waspada dan bersiap dengan langkah-langkah mitigasi, seperti:
-
Pembagian masker kepada warga di daerah terdampak.
-
Peringatan dini bagi kelompok rentan, seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit pernapasan.
-
Pemantauan kualitas udara secara real-time oleh BMKG dan Dinas Lingkungan Hidup.
-
Penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran lahan.